Imunisasi dan Vaksinasi Anak

Tubuh kita memiliki berbagai mekanisme untuk melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Salah satunya adalah dengan membentuk antibodi, yaitu zat khusus yang diproduksi untuk melawan kuman.

Imunisasi dan vaksinasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit tertentu. Perlu diketahui bahwa vaksinasi dan imunisasi tidak melindungi 100%, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan membuat penyakit/dampaknya menjadi lebih ringan bila tertular. Kekebalan ini dapat diperoleh dengan pemberian antibodi secara pasif, atau pemberian antigen untuk merangsang pembentukan antibodi di dalam tubuh. Antigen maksudnya suatu bagian dari kuman atau kuman yang telah dilemahkan, yang tidak cukup untuk menimbulkan sakit tetapi cukup untuk merangsang pembentukan antibodi. Dalam lingkup yang lebih luas, imunisasi dapat menghilangkan penyakit tertentu pada suatu kelompok masyarakat bahkan sampai tingkat dunia. Misalnya saja penyakit cacar variola yang telah berhasil dimusnahkan dari seluruh dunia berkat imunisasi.

Imunisasi dan vaksinasi umumnya diberikan melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui cara lain misalnya vaksinasi polio yang dilakukan dengan pemberian tetesan vaksin melalui mulut.

Dalam rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi dibagi menjadi dua golongan, yaitu imunisasi yang diwajibkan (Program Pengembangan Imunisasi/PPI) dan imunisasi yang dianjurkan (Non PPI).

Berikut ini jadwal imunisasi berdasarkan rekomendasi IDAI.

Selanjutnya akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai masing-masing imunisasi tersebut.

 

Vaksinasi yang diwajibkan (PPI):

  • BCG (Bacille Calmette-Guerin)

Vaksin BCG dibuat dari bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit infeksi terutama menyebabkan penyakit di paru-paru, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi di bagian tubuh lain seperti kulit, kelenjar getah bening, tulang, otak, perut, mata, hati, ginjal, dan jantung.

Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya yang berbahaya seperti radang selaput otak. Imunisasi dilakukan satu kali dengan penyuntikan di daerah lengan atas kiri.

Kurang lebih 3 minggu setelah vaksinasi, pada tempat penyuntikan akan timbul luka yang akan sembuh setelah 2-3 bulan dan meninggalkan jaringan parut bulat. Cara penanganan luka ini akan dijelaskan kemudian pada bagian “Efek Samping Imunisasi dan Cara Menanganinya”.

  • Hepatitis B

Hepatitis B adalah radang kronik pada hati. Penularan virus hepatitis B dapat terjadi melalui kontak cairan tubuh, seperti melalui jarum suntik, transfusi darah, atau hubungan seksual. Vaksin hepatitis B berguna untuk mencegah penularan hepatitis B. Vaksinasi dilakukan melalui suntikan sebanyak tiga kali dengan interval sesuai yang tertera pada jadwal.

  • Polio

Virus polio menyebabkan penyakit lumpuh layu dengan gejala kelumpuhan.

Vaksinasi polio dapat berupa cairan yang diberikan dengan cara diteteskan pada mulut, dapat juga diberikan melalui suntikan.

  • DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)

Difteria adalah kuman yang menyebabkan infeksi di saluran napas atas. Pada infeksi difteri, pada saluran napas terbentuk suatu selaput yang dapat berbahaya karena kemungkinan menyumbat jalan napas. Bakteri ini juga menghasilkan toksin yang mampu melumpuhkan otot, termasuk otot jantung, sehingga dapat menimbulkan kematian. Angka kematian akibat difteri sangat tinggi.

Pertusis atau batuk rejan juga merupakan infeksi yang menyerang saluran napas. Angka kematian akibat penyakit ini juga sangat tinggi.

Tetanus merupakan penyakit berupa kekakuan pada otot. Jika kekakuan otot terjadi pada otot pernapasan, maka akan terjadi henti napas yang dapat menyebabkan kematian.

  • Campak

Campak adalah penyakit yang sangat mudah ditularkan melalui udara. Penyakit ini ditandai dengan demam, batuk pilek, mata merah, dan timbul rash (kemerahan) pada kulit. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang paru-paru (bronkopneumonia) dan radang otak, dengan angka kematian yang cukup tinggi.

 

Vaksinasi yang disarankan / Non PPI (tidak wajib diberikan namun penting diberikan, dengan memperhatikan indikasi pemberiannya):

  • Hib (Haemophillus influenza tipe b)
  • Pneumokokus
  • Influenza
  • MMR (Measles, Mumps, Rubella) – Campak, gondongan/parotitis, rubella
  • Tifoid
  • Hepatitis A
  • Varisela
  • HPV

 

EFEK SAMPING IMUNISASI DAN CARA MENANGANINYA

Setelah imunisasi dapat timbul suatu reaksi, baik lokal di tempat suntikan maupun umum di seluruh tubuh. Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi, dan dapat hilang sendiri dalam jangka waktu satu sampai dua hari. Selain reaksi yang lazim terjadi, dapat pula terjadi reaksi alergi pada anak-anak yang rentan (memiliki ‘bakat’ alergi). Reaksi yang berat dan tidak terduga mungkin juga terjadi, tetapi frekuensinya jarang. Jika sampai terjadi reaksi yang serius, orangtua pasien diharapkan untuk melapor dan meminta pertolongan ke tempat dilakukannya imunisasi itu. Semua reaksi-reaksi akibat imunisasi ini disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Memang tidak ada vaksin yang benar-benar ideal tanpa efek samping sama sekali, namun tidak perlu ragu untuk melakukan imunisasi pada anak-anak kita karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini telah menghasilkan vaksin yang efektif dan relatif aman.

Reaksi lokal imunisasi biasanya berupa kemerahan, bengkak, serta gatal atau nyeri pada tempat bekas suntikan. Reaksi ini dapat diatasi/dikurangi dengan memberikan kompres dingin. Kadang-kadang dapat teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih. Umumnya tidak diperlukan tindakan apa pun untuk benjolan tersebut. Khusus untuk imunisasi BCG, kurang lebih 2-6 minggu setelah imunisasi dapat timbul bisul kecil di tempat bekas suntikan. Bisul ini akan semakin membesar dan menjadi luka dalam 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan meninggalkan jaringan parut. Luka yang mengeluarkan cairan dapat dikompres dengan cairan antiseptik, misalnya larutan povidone iodine, PK, atau Rivanol. Bila cairan luka semakin banyak atau koreng semakin membesar, orangtua harus mengkonsultasikannya dengan dokter.

Reaksi umum yang banyak terjadi adalah demam yang biasanya tidak tinggi. Pasca imunisasi DPT demam dapat tinggi dan anak menjadi rewel. Jika terjadi demam, anak sebaiknya dipakaikan pakaian yang tipis. Jika demam di atas 38.5°C, dapat diberikan Paracetamol dengan dosis yang disesuaikan dengan berat badan anak (10-15mg/kgBB) setiap 4-8 jam. Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Reaksi lain dapat berupa mual dan nyeri sendi. Dalam 5-12 hari setelah vaksinasi campak dan MMR dapat terjadi demam yang tidak tinggi, timbul rash tipis (kemerahan halus/tipis pada kulit) yang tidak menular, serta pilek.

Setelah imunisasi anak dianjurkan untuk minum lebih banyak (ASI atau air buah).

 

© dr. Ratih Puspita

Leave a comment